Jangan Jadi Katak Keempat

Pujangga besar Kahlil Gibran pernah mengisahkan hikayat empat ekor katak. Keempatnya sedang berada di atas sebatang kayu yang hanyut terbawa derasnya arus sungai. Perdebatan sengit terjadi di antara katak pertama, kedua dan ketiga. Setiap katak mempertahankan pendapatnya masing-masing mengenai apa yang sedang terjadi.

Continue reading “Jangan Jadi Katak Keempat”

Penyakit yang Kumat di September

“Yang penting bukanlah meluruskan sejarah, melainkan menyibak tirai versi-versi sejarah yang pernah dibungkam karena tidak sesuai dengan versi penguasa masa itu.”

G30SPKI adalah sebuah memori kelam yang saya yakini akan lekang dalam memori bangsa ini terus menerus, dari generasi ke generasi. Dan ini bukan hanya karena telah terjadi penyiksaan brutal terhadap 7 tokoh militer tetapi juga tentang pembunuhan massal dan persekusi tiada henti terhadap korban sipil yang begitu banyaknya, hingga mungkin tak berlebihan disebut genosida.

Bahwa keterlibatan PKI ada, tentu saja, tapi berapa besar presentasinya dibandingkan keterlibatan elemen-elemen lain yang juga bermain dan bahkan mengambil manfaat besar dari tragedi ini? Dan tentu itu tidak dibicarakan orang-orang awam di negeri ini karena yang digembar-gemborkan hanyalah hantu PKI itu sendiri.

Continue reading “Penyakit yang Kumat di September”

3 Kebiasaan Baru

Tahun ini, Ramadan menyisakan jejak kebiasaan baru, salah satunya menulis setiap hari. Tentu saja ada peran keluarga besar Kompasianer di dalamnya, serta iming-iming hadiah kompetisi yang mungkin masih jauh dari jangkauan.

Tapi ternyata, bahkan setelah Ramadan pergi, dan pandemi masih tetap di sini (berlama-lama dan menertawakan orang-orang yang memaksa berwacana tentang kelaziman baru), saya sepertinya tetap punya lebih banyak kekuatan untuk melakukan berbagai hal. (Selengkapnya)

Bahaya “Social Distrust” bagi Kesehatan Mental

“Mengapa akhir-akhir ini semua orang seperti sangat sulit untuk dipercayai?”

Begitu kicau salah satu teman di akun twitter-nya. Saya membacanya dan langsung ikutan mikir. Semenjak Covid-19 merebak, tak terhitung banyaknya rangkaian analisa teori konspirasi yang punya prevalansi disinformasi merebak di masyarakat. Seakan-akan memang sudah tidak ada lagi yang bisa kita percayai. (Selengkapnya)

Prediksi Puncak Corona Pasca Lebaran

 

“Duh, gimana ya dek, ini kayaknya masih bakal lama deh WFH nya. Kita nunggu aja deh, liat semingguan lagi, angka positif nya kayaknya bakal melambung. Gak tahu kapan berakhir ini.”

Begitu kata sepupu saya saat silaturahmi virtual di hari Lebaran kemarin. Ia mengeluhkan begitu banyak orang di kampung halaman kami yang katanya terlihat pulang dari masjid sudah tidak menggunakan masker berjalan kaki menuju rumah-rumah mereka.  (selengkapnya)

Yang Tak Saya Setujui Dari Hari Kartini

21 April datang lagi, dan seperti biasanya ucapan selamat pada beliau terlihat kembali. Ucapan itu ada dimana-mana, dengan cara dan perspektif yang berbeda-beda. Kebanyakan perempuan pun masih merayakan dengan cara yang melulu sama. Dengan menyerupai gaya beliau, pakai konde dan kebaya. Maka izinkan saya meluahkan juga perspektif saya. Bukan mau menggerutu, saya hanya ingin melepaskan kata-kata yang menggema di kepala tentang yang tidak saya setujui dari peringatan Hari Kartini ini. Continue reading “Yang Tak Saya Setujui Dari Hari Kartini”

Menjadi Otentik di Medsos

Are people faking their life through social media? Pertanyaan ini mengentak saya, apakah yang  ditonjolkan orang-orang di media sosial itu palsu? Apalagi setelah baca sana-sini ketemu artikel dari psikolog yang sudah mengonfirmasikan pertanyaan itu, dan membeberkan seabreg pendapatnya tentang orang-orang yang menjadi tidak otentik di media sosial. Continue reading “Menjadi Otentik di Medsos”

Tujuh Milenial Pembawa Harapan

Sehari sebelum Presiden Jokowi mengumumkan para Menteri di kabinet Indonesia Maju, saya berdiskusi panjang dengan suami. Kami menerka-nerka milenial mana yang akan ia libatkan, seperti yang ia sebut-sebut sebelumnya. Continue reading “Tujuh Milenial Pembawa Harapan”

Terusik Dengan Catch the Cheater

Di youtube, sebuah account youtuber yang menamakan diri Catch the Cheater mempertontonkan hal yang mereka klaim sebagai ‘membantu’ orang-orang yang sedang ada dalam relationship untuk melindungi hubungan mereka. Caranya, dengan menjebak orang-orang yang mereka cintai, mengetes mereka dengan seorang lawan jenis yang nyata lebih physically attractive dibanding istri atau suami mereka sendiri, untuk mendapatkan jawaban apakah mereka setia atau tidak. For me, it isn’t helping that relationship at all, in fact this channel destroys it.

Sebagian besar video yang kemudian tayang di channel tersebut, menampilkan

Continue reading “Terusik Dengan Catch the Cheater”