HAI! APA KABARMU?*

Hai Apa Kabar? Lama tak jumpa….

Lalu diikuti dengan sejumlah pertanyaan kepo lainnya. Begitulah ritual ucapan bertemu mereka yang lama tak dijumpai. Katanya sekedar basa-basi, namun membanjiri telinga dengan pertanyaan yang menjadikan telinga itu sendiri seolah akan berteriak “Cepat bawa aku pergi dari sini”

Padahal, tidak mudah untuk bisa segera menjawab pertanyaan “apa kabar?”.

Continue reading “HAI! APA KABARMU?*”

Tujuh Bulan…

Halo pembaca yang budiman, Esti baru saja memutuskan untuk membuka laptop dan menuliskan isi kepalanya setelah sekitar tujuh bulan lamanya. 

I know … I know…, saya biasanya mengatakan hal yang sama persis berkali-kali setelah mengabaikan situs blog ini seperti anak tiri yang tidak diinginkan.  Saya telah berusaha untuk kembali menuliskan secara rutin seperti dulu sekali tapi terus terang, hal yang seperti itu sudah sangat sulit dilakukan saat ini. I miss it, ada kebebasan tertentu yang datang dengan blogging yang tidak bisa didapatkan dari giat lainnya entah itu membaca atau berbicara. Dengan menulis, saya cukup meluahkan ide dan pikiran dan entah bagaimana, dalam beberapa cara, saya merasa ide itu  akan menemukan muaranya dengan ditemukan oleh pembaca yang tepat.

Lantas apa yang terjadi dalam jangka waktu tujuh bulan? Banyak sekali!

Continue reading “Tujuh Bulan…”

Ketidakberdayaan Alami

Sudah sebulan sejak saya terakhir kali menulis. Sejujurnya, selalu ada banyak hal di kepala. Tapi selalu saja ada alasan yang lebih merajai untuk tidak duduk depan laptop dan mengetik seperti ini. Padahal, dunia sedang berada dalam masa-masa tidak mengenakkan bagi semua orang (kalau tidak bisa disebut genting, karena saya takut kata ‘genting’ itu juga terlalu hiperbolis). Dan rasanya ingin sekali mengomentari setiap keramaian kicauan di Twitter, lalu lalang status di Facebook, ataupun notifikasi video YouTube membahas semua hal yang tidak mengenakkan ini. Tetapi entah sejak ada janin di rahim ini, saya memang dilanda ketidakberdayaan yang akut. Dan ajaibnya, saya menerimanya, embracing all that helplessness.

Continue reading “Ketidakberdayaan Alami”

3 Kebiasaan Baru

Tahun ini, Ramadan menyisakan jejak kebiasaan baru, salah satunya menulis setiap hari. Tentu saja ada peran keluarga besar Kompasianer di dalamnya, serta iming-iming hadiah kompetisi yang mungkin masih jauh dari jangkauan.

Tapi ternyata, bahkan setelah Ramadan pergi, dan pandemi masih tetap di sini (berlama-lama dan menertawakan orang-orang yang memaksa berwacana tentang kelaziman baru), saya sepertinya tetap punya lebih banyak kekuatan untuk melakukan berbagai hal. (Selengkapnya)

Waktu Luang dan Stagnasi

Menilik ke belakang barang sebentar membuat saya harus mengakui satu hal. Saya adalah seseorang yang khawatir akan ketidak-sibukan dan anti-stagnasi. Dulu saat baru lulus S1, saya tidak sabar ingin segera bekerja, karena menganggur bagi saya adalah hantu. Mungkin karena seringnya saya terpapar konstruk masyarakat bahwa pengangguran adalah kelas terendah dalam strata sosial.

Continue reading “Waktu Luang dan Stagnasi”

Mono-Reading Vs Poly-Reading

Sudah hampir setahun ini ada yang berubah dari cara saya membaca. Saya tampaknya serius menumbuhkan kebiasaan poly-reading – entah apa istilah terbaik untuk menyebut habit ini- yakni, baca lebih dari satu buku dalam periode waktu yang sama. Jadi, saya tidak perlu menunggu menamatkan satu buku untuk pindah ke buku yang lain. Continue reading “Mono-Reading Vs Poly-Reading”

Let’s Go Farther Together

“If You Want To Go Fast, Go Alone. If You Want To Go Far, Go Together.”  

Bila ingin berjalan cepat maka berjalanlah sendiri, tapi bila ingin berjalan jauh maka berjalanlah bersama-sama. Peribahasa Afrika itu baru saja saya lihat dikutip oleh seorang selebgram tokoh pendiri sebuah komunitas pendidikan kreatif dalam akun instagram nya. Saya bersyukur mengikuti akun-akun sejenis yang bisa memberi insight saya ketika dilanda writer’s block Continue reading “Let’s Go Farther Together”

Saatnya Mengatur Email Masuk yang Menumpuk

Unfortunately (unfortunately, harus mulai dengan kata ini) , saya baru saja melewatkan sebuah undangan interview tawaran job yang sangat prospektif, hanya karena tidak menerima email notifikasi, dan pemberitahuan lewat nomer WA (yang jarang saya buka) baru saya lihat selang dua hari berikutnya. Continue reading “Saatnya Mengatur Email Masuk yang Menumpuk”